Program IndoStar merupakan program inkubasi dan pendanaan bisnis diaspora Indonesia di luar negeri pada bidang kuliner. Program ini merupakan hasil kolaborasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia bersama MBN Consulting dan Bizhare.
Pada tahap ini, program IndoStar telah memasuki tahapan kurasi dan mentoring. Sebanyak 50 peserta pemilik bisnis kuliner Indonesia terpilih sebagai peserta pembinaan pendanaan IndoStar. Seluruh peserta tersebar di 24 negara berbeda di dunia yang mengenalkan kuliner Indonesia pada dunia.
Pada minggu ini, telah dilaksanakan talkshow dengan teman Inspirasi Ekspansi Bisnis Kuliner Indonesia di Luar Negeri Bersama Pengusaha dan Pakar Kuliner Indonesia. Pada acara yang berlangsung pada Selasa (27/6) tersebut, hadir Direktur Utama PT. Aji Caraka Optima (A&Co.) yaitu Prof. Adji Hoesodo, Founder dan Chairman dari Manan Foundation yaitu Robert Manan, dan Founder sekaligus CEO dari Holycow Group, Afit Dwi Purwanto.
Acara ini bertujuan untuk memberikan dorongan dan semangat kepada 50 peserta hasil kurasi IndoStar untuk terus maju dan berkembang agar kuliner Indonesia dapat lebih dikenal di luar negeri.
Pada kesempatan tersebut, Founder dan CEO Holycow Group, Chef Afit, menyebut bahwa makanan dan kuliner Indonesia di luar negeri masih membutuhkan pengenalan yang lebih masif. Hal ini agar kuliner Indonesia bisa bersaing dengan kuliner Asia Tenggara lainnya seperti kuliner Thailand dan Vietnam.
Pernyataan tersebut disetujui oleh Founder dan Chairman Manan Foundation, Robert Manan, yang mengatakan bahwa masakan Indonesia masih perlu meningkatkan branding dengan menerapkan strategi marketing internet dan media sosial. Selain masalah branding, beberapa penyebab lainnya yang membuat kuliner Indonesia masih terkendala dalam pemasarannya adalah permasalahan human capital, di mana sulit sekali untuk mencari tenaga kerja yang paham dengan masakan Nusantara.
Sementara, Prof. Adji Hoesodo menyebut bahwa internet dan social media marketing adalah senjata kuat yang bisa dipakai para pebisnis dalam menarik minat konsumen di era digital seperti sekarang ini.
Para narasumber juga memaparkan hal-hal yang perlu menjadi perhatian peserta program inkubasi dalam berbisnis kuliner di luar negeri. Beberapa di antaranya adalah memperhatikan semua masalah dan kemungkinan hambatan dalam berbisnis dari hulu ke hilir. Mulai dari masalah ide dan konsep, logistik, operasional, sumber daya, hingga manajerial.
Robert Manan juga menyebut pentingnya melakukan riset target pasar dan riset kompetitor untuk menentukan harga jual, margin, biaya produksi, hingga biaya promosi dan marketing dengan baik untuk menghindari kerugian.
Pada acara ini, narasumber dan peserta juga mengharapkan adanya kolaborasi serius dari pemerintah untuk membantu impor bahan baku dari Indonesia. Sebab, kuliner Indonesia perlu menjaga cita rasa otentik agar dapat dikenal lebih baik oleh masyarakat dunia.
Acara tersebut berlangsung selama dua jam melalui platform Zoom yang diikuti peserta secara antusias dari berbagai negara meski adanya perbedaan zona waktu.
Program ini diharapkan dapat membantu mempercepat pengembangan restoran dan bisnis kuliner Indonesia di luar negeri. Ketiga narasumber yakin dan percaya bahwa bisnis kuliner Indonesia di luar negeri memiliki prospek yang cemerlang di masa depan.