Persaingan produk asing atau impor di Indonesia, membuat masyarakat seringkali terdoktrin bahwa produk impor lebih baik dan berkualitas dibanding produk lokal. Padahal, brand lokal Indonesia sendiri, juga mampu bersaing, baik di dalam maupun luar negeri. Sehingga, banyak brand Indonesia yang dikira dari luar negeri hanya karena kualitasnya
Namun, beberapa merek lokal berikut justru seringkali dikira merek asing oleh sebagian masyarakat. Salah sangka ini umumnya dikarenakan kualitas yang sangat baik-–yang merupakan hasil persepsi bahwa produk berkualitas berasal dari luar negeri—atau juga karena nama dan konsepnya yang sangat melekat atau menjadi ciri khas dari negara tertentu. Ada apa saja? Yuk, simak dan tiru bagaimana cara mereka melakukan branding!
12 Brand Indonesia yang Dikira dari Luar Negeri
Nama yang asing, atau mungkin kualitas yang lebih baik, menyebabkan beberapa brand Indonesia yang dikira dari luar negeri ini menjadi populer karena branding-nya yang sama sekali tidak menunjukkan sebagai brand lokal. Namun, hal ini justru menjadi sebuah positioning yang menguntungkan. Simak ada brand apa saja!
1. J.CO
Siapa yang gak hapal dengan brand F&B yang satu ini? J.CO sudah menemani masyarakat Indonesia selama hampir 20 tahun sejak pertama kali beroperasi di kawasan Tangerang pada tahun 2005.
J.CO merupakan jaringan restoran donat dan kopi yang didirikan oleh Johnny Andrean. Kini, outletnya tersebar di beberapa negara di Asia seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Hong Kong, dan Arab Saudi.
2. Eiger
Merek yang memproduksi pakaian dan peralatan adventure ini, ternyata merupakan brand asli Indonesia yang didirikan di Bandung sejak tahun 1993. Brand ini berfokus pada produksi pakaian seperti tas, sepatu, dan jaket yang biasa digunakan untuk kegiatan luar ruangan seperti berkemah, mendaki gunung, atau panjat tebing.
Brand ini memperoleh inspirasi namanya dari salah satu gunung di pegunungan Alpen, Swiss. Mungkin itu sebabnya, banyak yang tidak menyangkan bahwa brand ini merupakan merek dagang asli Indonesia.
3. The Executive
Brand pakaian yang mengusung tema formal dan office look ini, menjadi tujuan banyak orang untuk mendapatkan pakaian berkualitas dengan harga yang cukup terjangkau. Gerainya yang berdiri di mal-mal besar di Indonesia, membuat brand ini memiliki pesona bagai merek dagang luar negeri.
The Executive aslinya merupakan merek Indonesia asal Bandung yang didirikan oleh Johanes Farial. Brand ini berada di bawah naungan PT Delami Garment Industries. Selain di Indonesia, The Executive juga dikenal di wilayah Asia Tenggara lainnya salah satunya Malaysia.
4. Krisbow
Terdengar seperti merek dagang asing, namun ternyata Krisbow diambil dari gabungan nama lengkap pemilik dan pendirinya yakni Krisnandi Wibowo. Krisbow pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada 1998 dan juga merupakan bagian dari perusahaan Kawan Lama Group.
Merek ini menawarkan berbagai perlengkapan teknik, seperti perkakas, permesinan, pertukangan, alat keselamatan, hingga perlengkapan rumah tangga dan furnitur. Perkakas tersebut kebanyakan diproduksi di pabrik sendiri di Indonesia, meskipun sebagian kecil lainnya tetap ada produk yang diimpor dari pabrik luar negeri.
5. SilverQueen
Siapa di antara pembaca yang masih sering terngiang slogan SilverQueen di iklan-iklannya yang muncul di berbagai media. “Santai belum lengkap tanpa SilverQueen” atau “Gede, sih… tapi rela bagi-bagi?” merupakan campaign yang cukup sukses meraup pasar mayoritas remaja dan dewasa muda.
Kepopuleran SilverQueen di Indonesia ternyata sudah dimulai sejak 1950-an, yang didirikan di bawah naungan NV Ceres milik Belanda di Garut, Jawa Barat. Awalnya, produksi cokelat batangan di iklim tropis saat itu terlihat tidak memungkinkan karena sifatnya yang mudah meleleh. Akhirnya, dibuatlah inovasi dengan menggabungkan cokelat dan kacang mede agar tampilan cokelat terkesan kokoh. Inilah yang membuat SilverQueen begitu digemari hingga generasi modern.
6. Buccheri
Buccheri merupakan sebuah kota di sebelah Selatan Italia, yang membuat banyak orang berpikir bahwa brand ini berasal dari luar negeri. Namun, siapa sangka, brand yang bergerak di bidang retail alas kaki ini ternyata memperoleh namanya dari gabungan nama para pendirinya. Ketiganya kebetulan adalah saudara kandung, yakni Budi, Erdiansyah, dan Hery.
Perusahaan ini awalnya berdiri sebagai toko sepatu di kawasan Pasar Baru pada tahun 1980. Namun kini, Buccheri telah bertransformasi menjadi produsen alas kaki yang nyaman dengan target pasar masyarakat menengah atas.
7. Wakai
Brand Indonesia yang dikira dari luar negeri sebagai merek asal Jepang, adalah brand Wakai. Selain karena namanya, konsep, logo, dan elemen yang melekat pada brand ini sepertinya memang sengaja di-branding agar melekat dengan nuansa Jepang, sehingga tercipta persepsi bahwa brand ini berasal dari luar negeri.
Aslinya, merek Wakai diproduksi oleh perusahaan Indonesia PT Metrox Group. Sepatu-sepatunya hadir dengan konsep minimalis yang mempertahankan estetika Jepang. Nah, untuk mempertahankan kualitas dan desainnya, pengerjaan sepatu ini tetap dipercayakan kepada desainer asal Jepang.
8. Terry Palmer
Merek handuk yang diklaim sebagai handuk higienis ini, telah digunakan di banyak hotel dan menjadi produk ekspor ke mancanegara. Diproduksi oleh perusahaan tekstil PT Indah Jaya, merupakan brand Indonesia yang dikira dari luar negeri karena namanya yang kebarat-baratan dan branding-nya sebagai handuk premium.
PT Indah Jaya sudah berdiri sejak 1962, dan saat ini dipegang oleh generasi ketiga. Kualitas produknya yang baik, membuat Terry Palmer berhasil mengekspor produknya ke pasar Eropa sejak tahun 1980-an. Di awal tahun 1990-an, perusahaan ini membuka pabriknya sendiri di Tangerang dan juga mengekspor produk ke lebih banyak negara, terutama di kawasan Asia.
9. Holland Bakery
Punya icon kincir raksasa di setiap outlet-nya, banyak yang pernah mengira kalau toko roti yang satu ini bukan asli Indonesia karena konsep yang diusungnya. Meski begitu, branding perusahaan agar terlihat seperti bakery asal Belanda bisa terbilang berhasil.
Hampir setengah abad mengalami proses bisnis, Holland Bakery telah meraih banyak penghargaan seperti Top Brand Award, dan satu-satunya toko roti pemegang lisensi karakter Disney di Indonesia.
10. Hokben
Brand makanan siap saji ala Jepang ini, awalnya dikenal sebagai Hoka Hoka Bento dan sempat dipercaya merupakan brand asal Jepang. Padahal, restoran ini pertama kali berdiri di daerah Kebon Kacang, Jakarta Pusat pada 1985. Seiring perkembangannya, Hoka Hoka Bento lebih dikenal dengan nama singkatnya, yaitu HokBen.
Hingga kini, kepopulerannya sebagai salah satu alternatif restoran siap saji di Indonesia, telah membawa HokBen membuka lebih dari 300 cabang. Untuk menjaga kualitas di seluruh cabang, HokBen sudah memiliki pabrik sendiri di kawasan Jakarta, Bogor, Surabaya, dan Yogyakarta.
11. League
Brand Indonesia yang dikira dari luar negeri selanjutnya adalah produk sepatu sport. Fokus produksinya untuk menghasilkan sepatu sepatu olahraga dengan desain yang minimalis, fungsional, nyaman, dan berkualitas. Namun, DNA ini justru membuat brand ini sempat dikira bukan berasal dari Indonesia.
Kamu bisa menemukan berbagai jenis sepatu olahraga, seperti sepatu futsal, sepak bola, gym. Tidak ketinggalan dan berbagai perlengkapan olahraga lain seperti matras yoga dan pakaian olahraga.
12. Polytron
Banyak yang salah mengira bahwa produsen elektronik yang ini merupakan salah satu dari brand luar negeri yang ikut masuk ke Indonesia bersama beberapa merek elektronik ternama lain asli China atau Jepang.
Padahal, Polytron merupakan merek asli Indonesia yang penjualannya memang sudah mencapai mancanegara. Merek ini pertama kali didirikan di Kudus, pada 1975 dengan nama PT Indonesian Electronic & Engineering. Namun, di tahun 2000, perusahaan ini merger dengan PT Hartono Istana Teknologi yang merupakan anak dari PT Djarum.
Itu dia informasi mengenai brand Indonesia yang dikira dari luar negeri oleh sebagian orang. Branding yang mengusung konsep yang melekat bagi sebuah negara, hingga kualitas produk yang selalu terjamin, membuat merek dagang asal Indonesia di atas seringkali disangka berasal dari luar.
Kamu sendiri, apakah tertarik membangun branding dan komunikasi produk seperti ini?